Cari Blog Ini

Minggu, 11 Mei 2014

Gejala Jokowi Blusukan

Gubernur DKI terpilih, Joko Widodo memang beda dari biasanya.Ia blusukan ke tempat-tempat yang bermasalah di Jakarta. Sebagai Gubernur, hal ini baik untuk dilakukan. Kepemimpinannyayang merakyat dan rakyat merindukan pemimpin seperti itu dan mungkin Jokowi merupakan jawabannya.

Terkait Jokowi sebagai Gubernur, pasti ia memiliki power/kekuasaan yang besar pada pemerintahan tingkat provinsi. Dikit demi sedikit dengan blusukan, ia menguasai daerah yang ia datangi dan ini merupakan modal juga untuk dirinya memengaruhi orang lain. Dengan program dia yang populis ditambah dengan formula politik apa yang disebutkan Moshca, yaitu statement-statement solidaritas yang dimana ia pro rakyat. Rakyat pun akhirnya jatuh cinta kepada sosok Jokowi. Ambil contoh saja perbandingan dari Fauzi Bowo ketika terjun ke masyarakat, masyarakat tidak seantusiasnya dengan kedatangan Jokowi.

Tidak hanya blusukan ke masyarakat, beliau juga blusukan ke kelurahan, kecamatan, sudin, dan sebagainya pada pagi hari untuk mengecek kinerja pemerintahan pada level dibawahnya. Ketika itu, ia melihat terdapat penyimpangan yang dilakukan PNS. Dengan adanya power pada government elite, ia menukar-nukar jabatan-jabatan seorang PNS, dengan dipindahtugaskan. Dari walikota, menjadi kepala dinas perpustakaan, dan sebagainya. Karena pada struktur pemerintah yang birokratis dan sifatnya memaksa, akhirnya para pejabat itu tidak bisa melakukan apa-apa lagi, selain saya dengar saya taat.


Dengan adanya program blusukan ini ke tempat-tempat pemerintahan, membuat PNS-PNS menjadi takut, hal ini dikhawatirkan akan menentukan karirnya di PNS. Mending ditukar, kalau dipecat bagaimana. Apalagi pemerintahan tingkat kelurahan dan kecamatan dilelang untuk umum. Ini seperti yang dikatakan Pareto, dimana Jokowi menggunakan residu II yang artinya membuat orang takut dengan blusukannya (lion) dan statement-statement dia di televisi membuat ancaman bagi PNS-PNS yang ada di DKI Jakarta atau yang disebut dengan derivasi. Jika dilihat lagi dengan contoh-contoh yang sudah disebutkan di atas, ia bisa menguasai sumber-sumber kekuasaan pada tingkat di bawahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar