Cari Blog Ini

Senin, 27 Juli 2015

Bermanfaat Setelah Lulus SMA, Why not?

GONCANGAN terbesar saya semasa dalam sekolah adalah Ujian Nasional, yang merupakan pertaruhan besar pada kehidupan semua siswa dari sabang sampai merauke. Mungkin kita sebagai siswa mempunyai perasaan yang sama walaupun tidak bisa digenelisir juga pada akhirnya.

Di lain pihak merupakan pertaruhan, saya merasakan ketenangan ketika menghadapi karena saya paham dengan perkataan guru sosiologi saya, ia berkata, “Ry, kalau kamu bisa ngerjain soal PTN, maka Ujian Nasional pun lewat”. Saya merasa termotivasi untuk menaklukan soal-soal PTN sekaligus Ujian Nasional. Jika dipikit-pikir soal UN memang mudah, tiap tahun hanya angka-angkanya saja yang berubah. Berbeda dengan soal PTN yang tiap tahun berubah, mungkin yang dimaksud guru saya seperti itu.

Saya menyadari bahwa perjuangan tak selesai pada Ujian Nasional bagi para siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Banyak ujian PTN sudah menunggu ada tes mandiri PTN, SNMPTN, dan UMB. Bagaimana pun saya harus mempersiapkan segalanya untuk menuju PTN yang saya inginkan. Ketika Ujian Nasional selesai, banyak waktu yang luang untuk digunakan hal yang bermanfaat pastinya.

Berawal dari fenomena seragam sekolah dicoret-coret, saya harus memanfaatkan momen UN ini dengan baik. Saya membuat gerakan peduli seragam sekolah untuk cakupan SMA Negeri di Jakarta Utara. Dengan jaringan Rohani Islam yang saya punya ketika itu, akhirnya saya mengajak teman-teman untuk bergabung dalam gerakan ini. Saya ingin gerakan ini bisa bermanfaaat lebih luas dengan banyaknya partisipasi dari SMA Negeri yang lain. Alhamdulillah tidak hanya pakaian seragam saja yang terkumpul, tetapi juga buku-buku sekolah. Saya dan kawan-kawan bekerja sama dengan salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat Kemanusiaan Nasional untuk mengirimkan bantuan ini ke kabupaten yang berada di Bogor.

Selain melakukan gerakan tersebut, keluangan waktu setelah UN saya manfaatkan untuk hal lainnya.  Tidak hanya sebatas belajar saja, ikut Try Out di sana-sini, tetapi juga saya dan teman-teman satu sekolah melakukan kunjungan ke PTN yang dituju. Karena saya meyakini bahwa visualisasi mimpi itu sangat penting, bagaimana kita bisa merasakan atmosfer pendidikan berada di PTN yang kita tuju. Kunjungan dengan mengelilingi PTN terbaik yang berada di Depok saya lakukan demi memberikan gambaran dan motivasi untuk berkuliah di sana. Saya merasa tambah termotivasi untuk memasuki PTN tersebut, melihat orang yang berdiskusi, belajar, berorganisasi, dan sebagainya. Dalam hati saya pun, saya harus masuk PTN terbaik ini.

Terakhir, kita berkunjung ke beberapa titik dimana para mahasiswa tinggal di kosan. Melihat kondisi kosan dan mahasiswa yang sedang belajar, saya membayangkan, saya juga akan melakukan hal yang sama sebagai mahasiswa PTN di sini.


Kegiatan-kegiatan ini yang saya lakukan setelah UN, semoga hal ini bisa menginspirasi orang lain untuk berbuat kebaikan dan menjadi jaringan kebaikan yang lebih luas.

Sistem Sentra: Mengembangkan Keterlibatan Stakeholder Pendidikan


Sekolah sistem sentra, mungkin jarang terdengar oleh alat pendengaran kita. Saya pun tahu baru-baru ini diberitahu oleh teman saya. Saat saya mendengar teman saya bercerita mengenai sistem sentra, saya pun mencoba untuk mengerti pembicaraannya. Saya pahami sistem ini baik untuk anak-anak karena masa anak-anak sangat cepat untuk mengembangkan potensinya. Mungkin jika dalam sosiologi Play stage dan Game Stage bisa terpenuhi, bahkan generalized other. Sebelum menjelaskan lebih jauh, yuk kita cari tahu apa sih sistem sentra?

BCCT adalah kependekan Beyond Centers and Circle Time atau yang lebih dikenal di sini dengan sebutan “Sistem Sentra” -- pembelajaran yang menggunakan prinsip-prinsip yang terpusat, fokus, dalam lingkaran-lingkaran kecil, yang membangun segenap potensi anak agar otak, tubuh dan akhlaknya berfungsi secara positif dan optimal. Sentra belajar merupakan satu sistem pengelolaan kelas yang terpusat  pada satu kegiatan yang ditangani oleh satu orang guru secara khusus[1]Sistem ini berasal dari Amerika Serikat yang kemudian diadopsi oleh Sekolah Al-Falah Jakarta, dengan filosofi yang disesuaikan/dirujuk kepada Al-Qur’an[2]. Sentra berasal dari kata centre yang artinya pusat. Sistem  sentra menganut prinsip-prinsip dasar pemikiran teori Jean Piaget[3]:

“Anak-anak hendaknya dapat melakukan percobaan sendiri, penelitian sendiri. Guru dapat mengarahkan mereka dengan menyediakan alat-alat yang tepat. Tetapi yang paling mendasar adalah bahwa anak mengerti tentang sesuatu. Anak harus membangun dirinya dan menemukan dirinya."

Melihat dari pengertian ini, sungguh baik sistem ini untuk perkembangan anak-anak kita. Si anak terlibat langsung dalam atmosfer pendidikan yang diajarkan. Seperti yang dikatakan suatu tokoh,

“Jika Anda hanya mendengar, Anda akan lupa
Jika Anda menulis, Anda akan ingat
Jika Anda terlibat, Anda akan paham.”

Berbeda dengan sistem pendidikan konvesional, yang kita dapatkan di Taman Kanak-Kanak dahulu. Saya pun merasakan perkembangan saya cukup lambat untuk mengetahui sesuatu. Untung sekarang muncul sistem baru, yaitu sistem sentra. Itu hanya sebagian kecil dari sistem sentra, mau tahu lebih banyak mengenai sistem ini, yuk kita lanjutin bacanya. Penulis akan mencoba meringkasnya karena terlalu banyak pembahasan sistem ini.
Sistem sentra merupakan terobosan sistem pendidikan yang cukup baik. Di sini akan dijelaskan lebih lanjut dari sistem tersebut. Secara umum sistem sentra[4]:
        Pembelajaran dengan sistem lingkaran-lingkaran, yang masing-masingnya terfokus pada satu bidang studi dan mendalam.
        Sistem kurikulumnya diberikan secara individual: disesuaikan dengan tahapan dan kemampuan setiap anak didik.
        Artinya, kurikulum Sistem Sentra tidak klasikal, yang mengajarkan materi yang sama kepada semua anak.
        Pembelajaran diberikan secara langsung/kongkret
        Tidak ajar langsung (direct teaching) satu arah dari guru ke murid, melainkan lebih mengembangkan potensi dan kreatifitas anak (guru justeru “belajar” dari murid).
        Para guru secara tegas harus menerapkan sikap “3 M”: (TIDAK)  Melarang, Menyuruh, Marah (menghukum anak).
        Belajar dilakukan melalui bermacam-macam permainan, dengan prinsip Happy Learning (Bahagia Belajar, Belajar Bahagia).
Tujuan umum yang akan dicapai oleh setiap sentra yaitu[5]:
  • Anak mampu berkomunikasi dengan benar
  • Menumbuhkan kerjasama yang baik
  • Mengembangkan daya imajinasi dan fantasi anak
  • Mengembangkan rasa empati anak
  • Melatih anak menemukan sendiri sesuatu itu benar atau salah
  • Mengembangkan daya fikir anak

Sentra yang diselenggarakan[6]: 
1.      SENTRA BALOK
2.      SENTRA PERSIAPAN
3.      SENTRA PERAN BESAR
4.      SENTRA PERAN KECIL
5.      SENTRA SENI
6.      SENTRA IMTAQ
7.      SENTRA BAHAN ALAM

Idealnya, setiap sekolah memiliki ke-7 sentra tersebut. Tetapi, berapa pun yang bisa kita selenggarakan saat ini, itu sudah lebih baik daripada menggunakan sistem klasikal (direct teaching) atau belajar dengan cara menggurui. 
 Cara memulai sistem sentra[7]:
        Sebelum menggunakannya, semua guru harus memahami terlebih dahulu Sistem Sentra (BCCT) melalui pelatihan-pelatihan yang intensif, dan melaksanakannya secara konsisten: tekun, sabar, dan mau melakukan perbaikan terus-menerus.
        Para guru dan murid harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, memenuhi kaidah SPOK.
        Semua guru yang terlibat harus merupakan satu tim kerja yang kompak, berdisiplin tinggi, mau bekerja keras dan cerdas, saling menghargai dan saling membantu.
Bagaimana dengan nilai rapornya? Pasti Anda bertanya-tanya. Penilaian rapor nya berbeda dari biasanya, Banyak item-item yang akan dinilai dari sang guru dari setiap sentra yang diselenggarakan. Terdapat nilai K (kurang), C (cukup), B (baik), dan deskripsi nilai.

Itulah gambaran terkait sistem sentra, semoga Anda bisa membayangkannya Siapa tahu anak Anda ingin disekolahkan di tempat pendidikan yang bersistem tersebut (beneran gak promosi).
           
Sistem ini mungkin mirip sedikit dengan sistem mentoring keislaman atau mentoring umum, di mana membuat lingkaran dan si guru melihat perkembangan peserta mentoringnya. Terlepas dari itu yang sudah dijelaskan di atas, sistem ini mempunyai kelebihan yang banyak, seperti bisa melihat denga jeli perkembangan secara cepat, banyak informasi yang didapatkan, dan bisa dekat berhubungan dekat dengan si anak.Ternyata sistem yang baik ini  mempunyai kekurangan yang substansial, yaitu kualitas guru. Peran guru di sini sangat besar untuk mengolah dan mengembangkan potensi anak. Sistem ini memang menuntut kreativitas guru agar anak bisa nyaman dengan pola ajarannya. Guru lah sang agen of change untuk si anak untuk di dunia pendidikan. Maka dari itu, sistem sentra mempunyai program pelatihan guru bahkan orang tua murid agar bisa memahami pola pengembangan anak-anak. Terkadang pelatihan belum cukup mengupgrade tenaga pengajar. Tenaga pengajarlah yang harus mengupgrade dirinya terus menerus dengan pengalaman yang ia hadapi.


Minggu, 11 Mei 2014

Kasus Kementan terkait PKS

Kasus impor daging sapi yang sedang hangat ini menimpa mantan presiden PKS dan Menteri Pertania,selaku kader PKS. Dua orang ini merupakan aktor-aktor yang memiliki hubungan yang bisa dibilang cukup erat. Presiden PKS yang memiliki power terhadap kader di bawahnya, mungkin bisa dikhususkan pada Pak Suswono dalam kasus ini. Diduga terdapat peran Pak Luthfi terhadap kasus impor daging sapi. Dimana kadernya menguasai sumber kekuasaan pada bidang pertanian. Di sini power Pak Luthfi bermain untuk memengaruhi kasus ini.

Pada pucuk kepemimpinan kementrian Pak Suswono merupakan government elite yang memiliki kuasa merekomendasikan untuk kuota impor daging sapi dan Pak Luthfi yang memiliki jaringan usaha daging juga bisa disebut non-government elite yang memiliki pengaruh.

Pada kasus ini banyak terjadi lobi-lobi dalam penanganannya, mengambil istilah Pareto,yaitu residu I, dimana memakai cara persuasif yang lihai, cerdas, dan kreatif (foxes). Terdapat lobi antar pengusaha dan pemerintah dengan pengusaha. Walaupun begitu, mereka akhirnya dijadikan tersangka oleh KPK.

Pak Suswono juga pernah berkata, ia sangat mengapreasi KPK bisa mengungkap korupsi yang berada di kementriannya, hal ini juga bisa disebut dengan formula politik, dimana statement ini keluar untuk mendukung KPK menuntaskan korupsi di Indonesia. bahkan juga jargon PKS adalah bersih, peduli, professional, dimana Presiden PKS yang baru, Ust. Anis Matta, PKS mendukung agenda pemberantasan korupsi karena ini agenda bersama kita.


Mungkin kritik untuk kasus ini, kenapa hanya kementrian Pertanian yang terkena dampak kasus ini, mengapa Kementrian Perdagangan dan Koordinator Perekonomian tidak tersangkut hal yang sama, padahal dua kementrian ini juga punya sangkut pautnya.

Gejala Jokowi Blusukan

Gubernur DKI terpilih, Joko Widodo memang beda dari biasanya.Ia blusukan ke tempat-tempat yang bermasalah di Jakarta. Sebagai Gubernur, hal ini baik untuk dilakukan. Kepemimpinannyayang merakyat dan rakyat merindukan pemimpin seperti itu dan mungkin Jokowi merupakan jawabannya.

Terkait Jokowi sebagai Gubernur, pasti ia memiliki power/kekuasaan yang besar pada pemerintahan tingkat provinsi. Dikit demi sedikit dengan blusukan, ia menguasai daerah yang ia datangi dan ini merupakan modal juga untuk dirinya memengaruhi orang lain. Dengan program dia yang populis ditambah dengan formula politik apa yang disebutkan Moshca, yaitu statement-statement solidaritas yang dimana ia pro rakyat. Rakyat pun akhirnya jatuh cinta kepada sosok Jokowi. Ambil contoh saja perbandingan dari Fauzi Bowo ketika terjun ke masyarakat, masyarakat tidak seantusiasnya dengan kedatangan Jokowi.

Tidak hanya blusukan ke masyarakat, beliau juga blusukan ke kelurahan, kecamatan, sudin, dan sebagainya pada pagi hari untuk mengecek kinerja pemerintahan pada level dibawahnya. Ketika itu, ia melihat terdapat penyimpangan yang dilakukan PNS. Dengan adanya power pada government elite, ia menukar-nukar jabatan-jabatan seorang PNS, dengan dipindahtugaskan. Dari walikota, menjadi kepala dinas perpustakaan, dan sebagainya. Karena pada struktur pemerintah yang birokratis dan sifatnya memaksa, akhirnya para pejabat itu tidak bisa melakukan apa-apa lagi, selain saya dengar saya taat.


Dengan adanya program blusukan ini ke tempat-tempat pemerintahan, membuat PNS-PNS menjadi takut, hal ini dikhawatirkan akan menentukan karirnya di PNS. Mending ditukar, kalau dipecat bagaimana. Apalagi pemerintahan tingkat kelurahan dan kecamatan dilelang untuk umum. Ini seperti yang dikatakan Pareto, dimana Jokowi menggunakan residu II yang artinya membuat orang takut dengan blusukannya (lion) dan statement-statement dia di televisi membuat ancaman bagi PNS-PNS yang ada di DKI Jakarta atau yang disebut dengan derivasi. Jika dilihat lagi dengan contoh-contoh yang sudah disebutkan di atas, ia bisa menguasai sumber-sumber kekuasaan pada tingkat di bawahnya.

Analisa Kisah Sukses Ayam Bakar Mas Mono

Awal Perjuangan Mas Mono
Mas Mono dengan bekal ijazah SMA. Mengawali perjuangannya dengan menjadi office boy dan jualan roti pisang keliling. Tiga tahun kemudian atau 1997 ia keluar dari restoran, untuk memegang operasional rumah makan yang melayani jasa cathering event-event khusus. kebetulan pada tahun itu, properti mengalami booming sehingga banyak sekali peluncuran perumahan-perumahan yang membutuhkan jasa cathering.[1].
Pada suatu hari di tahun 2000, Mono melihat ada lapak di depan Usahid yang tidak terpakai. Mimpinya untuk memiliki warung ayam bakar kaki lima kembali menyeruak, didukung istrinya yang jago memasak mono mulai beralih profesi menjadi penjual ayam bakar.[2] Penjualannya meningkat dari lima sampai dengan delapan puluh ekor karena Mas Mono menggunakan sistem manajemen warung makan besar.
Melihat peluang usaha dengan pengalamannya sebagai cooker di restoran cepat saji California Fried Chicken dan beberapa restoran lainnya, Mas Mono memutuskan untuk mengalihkan usahanya menjadi produk ayam bakar. Dengan omset mencapai Rp8juta hingga Rp12juta perhari yang tentunya sudah memiliki pelanggan tetap.[3]
Agaknya jalan terang terus terhampar. setelah satu pelanggannya, presenter dunia lain Trans TV, menyarankan agar mono menawarkan jasa cathering ke stasiun televisi tersebut. Ternyata tanpa melalui peroses berliku-liku mono mendapat proyek itu, tak lama kemudian Anteve dan TV 7, memesan cathering dari peria yang hobi memodifikasi sepeda motor ini.[4]
Mas Mono juga mencoba dalam meluaskan rumah makannya. Dari salah satu pelanggannya ia mendapatkan penawaran tempat di jalan Tebet raya No.57, meski hanya kecil.[5] Kemudian bisnis Ayam Bakar Mas Mono terus berkembang sampai Go Nasional dan Go Internasional.


Social Network
Teori jaringan yang dibangun pada Simmel dan ide-ide Durkheim tentang bagaimana posisi individu dalam bentuk lingkungan sosial baik dari perilaku dan identitas yang mendasari nya. Bagi Durkheim, jaringan sosial membentuk tindakan individu tidak hanya negatif, dengan merusak perilaku antisosial, tetapi juga positif, dengan mendirikan pola perilaku yang diterima. Meningkatnya kemajuan bisnis Mas Mono merupakan perilaku positif yang bisa diterima masyarakat, walaupun ketika dulu Mas Mono berjuang sangat keras, dari office boy, jualan pisang, warung ayam bakar kaki lima sampai sebesar ini usaha Mas Mono. Ini merupakan hal yang sedikit terjadi pada masyarakat Indonesia yang berpenghuni individu-individu yang belum sadar akan peluang usaha.
Dalam kesuksesannya dibahas dengan jaringan sosial yang memiliki empat prinsip inti, yaitu Norms dan NW Density, The Strength of Weak Ties, The Importance of Structural Hole, dan Social Embeddeness in Economy Action. Nah, dari keempat prinsip ini akan lebih dijelaskan terkait gejala ekonomi asuransi syariah sebagai kegiatan ekonomi dan peran-peran dari social network.
Norms dan NW Density. Norms, kesepakatan tentang tingkah laku yang “memadai”. Ayam Bakar Mas Mono dengan memiliki menu utama, yaitu ayam bakarnya dengan menggunakan sistem manajemen modern. Ini bisa dilihat dari Ayam Bakar Mas Mono mendapatkan penghargaan dari Menteri Koperasi dan UKM nominasi Kuliner Ayam Bakar dengan manejemen modern dan UKM Entrepreneur Award.[6] Jadi, secara kualitas administrasi dan manajemen Ayam Bakar Mas Mono sudah tidak diragukan lagi, ditambah dengan sertifikasi halal dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) membuat konsumen menjadi lebih nyaman dalam memakan produknya.
The Strength of Weak Ties, yakni kenalan Mas Mono memberi info penting karena mereka berada di lingkungan lain, dan memiliki banyak kenalan dapat menghubungkan ke multiple-cliques. Ini bisa dilihat dari sisi historis juga, bagaimana Mas Mono bisa mendapatkan peluang-peluang dari teman dan pelanggannya waktu itu. Ketika sedang mempunyai pekerjaan, ia mendapatkan rekomendasi temannya bekerja sebagai office boys sekaligus belajar komputer untuk bisa menerima jasa pengetikan skripsi. Setelah sudah menjual ayam bakar, presenter dunia lain Trans TV, menyarankan agar mono menawarkan jasa catering ke stasiun televisi dan akhirnya Mas Mono bisa mendapatkan proyek itu. Kemudian, dari salah satu pelanggannya ia mendapatkan penawaran tempat di jalan Tebet raya No.57. Secara sistem manajemen Ayam Bakar Mono belajar dari sistem jaringan PT. BABA RAFI INDONESIA yang telah sukses mengembangkan Kebab Turki Baba Rafi dan Piramizza dengan sistem yang sama hingga menembus angka total 750 outlet di seluruh Indonesia. Dengan berbekal pengalaman PT. BABA RAFI INDONESIA, akan menjadikan Ayam Bakar Mas Mono lebih baik dari segi sistem manajemen, dibawah naungan PT. PANEN RAYA INDONESIA.[7]Mas Mono banyak belajar dari sistem jaringan tersebut dan mengadopsinya pada tempat kulinernya. Sampai tahun 2013, terdapat 42 cabang di dalam negeri dan satu cabang di Malaysia. Ke depannya akan meluaskan jaringannya ke Singapura, Arab Saudi, dan New York.[8] Bisa dilihat bagaimana peran jaringan sangat penting mengantarkan Mas Mono sampai seperti saat ini.
The Importance of Structural Hole Individuals, dimana keadaan yang belum ada kerjasama dengan kelompok, maka dari itu harus memiliki hubungan dengan multiple NWs yang terpisah satu sama lain dan Individu harus bisa memanfaatkan structural whole. Ketika Mas Mono dan istri nya berjuang sama-sama bekerja untuk menghidupi kehidupannya, Mas Mono belajar sistem manajemen PT Baba Rafi Indonesia yang membuatnya bisa menjadikan sistem manajemen yang modern dan profesional. Kemudian, hubungan ini dimanfaatkan untuk mempelajari sistem kuliner untuk bisa diterapkan di Ayam Bakar Mas Mono. Hal ini juga digunakan untuk memperluas jaringan Ayam Bakar Mas Mono agar bisa menjangkau di seluruh Indonesia.
Social Embeddeness in Economy Action, dimana seberapa jauh tindakan ekonomi berkaitan/bergantung pada tindakan/institusi non ekonomi, Ingat instrumental bercampur dengan value dan traditional rationality. Kesuksesan Mas Mono ini dipengaruhi keyakinan dirinya dalam menjalankan usahanya. Ia meyakini bahwa untuk menjadi sukses butuh kerja keras dan tidak melupakan Tuhan Yang Maha. Value dan traditional rationality mempengaruhi individu menjalankan bisnisnya sebagai bagian dari kegiatan ekonomi dan sosialnya. Ketika itu pernah Mas Mono diminta untuk mengisi acara di Politeknik Negeri Jakarta. Karena acaranya belum dimulai, ia sempatkan untuk shalat dhuha 12 rakaat. Ia tidak melupakan sisi kerohanian yang ia yakini, itu faktor yang mengantarkannya seperti ini.




[1] http://ayambakarmasmono.com/site/in/sejarah.html diakses pada tanggal 13 Juni 2013 Pukul 8. 57
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] Ibid.
[5] Ibid.
[6] http://ayambakarmasmono.com/site/in/award.html diakses pada tanggal 13 Juni 2013 pukul 9.03
[7] http://ayambakarmasmono.com/site/in/info-franchise/profil.html diakses pada tanggal 13 Juni 2013 Pukul 9.08

Gejala Ekonomi Asuransi Syariah di Indonesia

PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini banyak sekali bermunculan produk asuransi berbasis syariah seperti  PT Panin Life yang mengeluarkan produk syariah dengan nama Multilink Syariah, bumiputera yang mengeluarkan bumiputera syariah,  dan sebagainya. Fenomena ini ditandai dengan munculnya, PT. Asuransi Takaful Indonesia yang berdiri pada tahun 1994, sebuah perusahaan asuransi yang berbasis syariah. Fenomena ini mengundang sebuah pertanyaan. Apa keunggulan dari produk asuransi syariah?
Pertanyaan diatas adalah sebuah pertanyaan besar yang harus menjadi pertimbangan bagi kita semua. Hotbonar Sinaga, direktur utama Jamsostek, mengatakan bahwa keunggulan asuransi syariah bukan hanya berdasarkan sisi syariah seperti tidak adanya riba dalam investasi, unsur judi ataupun tidak dipenuhi dengan faktor ketidakpastian. Keunggulan nyata dari asuransi syariah, seperti juga produk keuangan syariah lainnya, tak lain adalah bagi hasil atau mudharabah. Karena itulah dalam asuransi syariah tidak dikenal adanya risk transfer tetapi lebih dikenal dengan nama risk sharing.
Keunggulan utama tersebut menciptakan keunggulan lainnya, yang membedakan produk ini secara nyata dengan produk non syariah. Dalam mekanisme pembayaran kontribusi dari nasabah, langsung dipisahkan menjadi dua yakni pertama masuk ke rekening tabarru’ atau proteksi dan yang kedua masuk ke rekening tabungan bagi hasil. Jadi sejak awal sudah dipisahkan. Kelebihannya dibandingkan asuransi konvensional dengan adanya rekening bagi hasil menunjukan bahwa sebagian premi memang sudah dialokasikan untuk dibagikan hasilnya berupa imbal hasil investasi kepada para pemegang polis.[1]
Fenomena syariah[2] kian menjamur dan diminati oleh banyak kalangan, pengusaha, perbankan, maupun asuransi. Kebutuhan konsumen muslim yang ingin asuransi serta perbankan berbasis syariah yang sesuai dengan hukum agama Islam dei seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Salah satu dari asuransi syariah di Indonesia yaitu Allianz yang mempunyai program yakni Allisya Protection yang membantu memproteksi perjalanan dan masa depan diri dan keluarga, Alisya Maxi Fund Plus yang melindungi jiwa hingga 100 tahun, Asuransi Umum yang membantu konsumen melindungi harta kekayaannya berupa perdagangan, rumah, mobil.

PEMBAHASAN
Social Network
Teori jaringan yang dibangun pada Simmel dan ide-ide Durkheim tentang bagaimana posisi individu dalam bentuk lingkungan sosial baik dari perilaku dan identitas yang mendasari nya. Bagi Durkheim, jaringan sosial membentuk tindakan individu tidak hanya negatif, dengan merusak perilaku antisosial, tetapi juga positif, dengan mendirikan pola perilaku yang diterima. Gejala ekonomi meningkatnya penggunaan asuransi syariah merupakan perilaku positif yang bisa diterima masyarakat, walaupun ketika dulu merupakan hal yang taboo bagi masyarakat Indonesia yang berpenghuni umat muslim yang luar biasa banyak. Hal ini tidak menghambat merambat produk syariah ini, ia terus tumbuh dengan banyaknya orang yang peduli dan paham terkait produk ini akhirnya semakin banyak yang menggunakannya sebagai alternatif lain dari asuransi konvensional. Dengan banyak yang menggunakan dari tempat yang berbeda-beda akhirnya produk ini yang kental dengan identitas muslim menjamur seperti Multi-Level Marketing(MLM).
Terdapat empat prinsip inti jaringan sosial, yaitu Norms dan NW Density, The Strength of Weak Ties, The Importance of Structural Hole, dan Social Embeddeness in Economy Action. Nah, dari keempat prinsip ini akan lebih dijelaskan terkait gejala ekonomi asuransi syariah sebagai kegiatan ekonomi dan peran-peran dari social network.
Norms dan NW Density. Norms, kesepakatan tentang tingkah laku yang “memadai”. Asuransi syariah dengan merujuk agama Islam merupakan menjadi kesepakatan tingkah laku yang bisa diterima dengan keuntungan-keuntungan di dalamnya, seperti sistem bagi hasil yang bisa dilakukan secara adil bagi konsumen, membuat konsumen pun nyaman dengan sistem tersebut. Hal ini juga didukung dengan Indonesia dengan umat muslim terbanyak.
The Strength of Weak Ties, yakni kenalan memberi info penting karena mereka berada di lingkungan lain, dan memiliki banyak kenalan dapat menghubungkan ke multiple-cliques. Ini bisa dilihat dari sisi historis juga, Syarikat Takaful Indonesia (STI) berhasil didirikan di Indonesia pada tahun 1994. Pembangunan perusahaan asuransi syariah pertama ini di Indonesia dipelopori oleh Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia, juga didukung oleh beberapa kalangan antara lain Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat sebagai pelopor perbankan syariah, PT Asuransi Tugu Mandiri, Departemen keuangan, dan juga pengusaha-pengusaha muslim yang ada di Indonesia lainnya. Di sini bisa dilihat bagaimana ketika diawal pembentukan dan sampai sekarang, peran-peran social network sangat terlihat dari banyaknya institusi ekonomi dan institusi sosial dilibatkan dan mempunyai hubungan yang erat. Kemudian juga adanya komunitas pengusaha muslim, masyarakat ekonomi syariah, dan sebagainya dengan banyak kenalan di tempat-tempat tertentu yang bisa dihubungkan untuk mencapai tujuan tertentu.
The Importance of Structural Hole Individuals, dimana keadaan yang belum ada kerjasama dengan kelompok, maka dari itu harus memiliki hubungan dengan multiple NWs yang terpisah satu sama lain dan Individu harus bisa memanfaatkan structural whole. Ketika itu ada lima orang yang studi banding ke malaysia karena Malaysia merupakan negara di Asia Tenggara yang pertama kali menerapkan asuransi syariah.[3] Kemudian, hubungan ini dimanfaatkan untuk mempelajari asuransi ini untuk bisa diterapkan di Indonesia. Hal ini juga digunakan untuk memperluas jaringan asuransi syariah agar bisa menjangkau di seluruh Indonesia. Banyak institusi ekonomi muncul dengan produk asuransi syariah.
Social Embeddeness in Economy Action, dimana seberapa jauh tindakan ekonomi berkaitan/bergantung pada tindakan/institusi non ekonomi, Ingat instrumental bercampur dengan value dan traditional rationality. Asuransi syariah ini dipengaruhi oleh institusi agama yang mempunyai ajaran tersendiri terkait dalam bidang ekonomi. Individu/kelompok yang mempelopori munculnya asuransi syariah merupakan yang peduli dengan agamanya dan masyarakatnya agar melek dengan sistem syariah, khususnya pada institusi ekonomi. Value dan traditional rationality mempengruhi individu menggunakan produk syariah ini sebagai bagian dari kegiatan ekonominya. Institusi agama yang dengan gencar juga mensosialisasikan sistem syariah yang bisa melindungi umatnya, trust masyarakat dengan pengelelolaan yang profesional menambah nilai tambah dan menjadikan produk ini diminati oleh umat muslim dalam pemakaiannya daripada konvensional.




[1] htpp://www.vibiznews.com/2011/07/25/fenomena-asuransi-syariah/ diakses pada tanggal 10 April 2013, pukul 06.03

Analisa Kasus Korupsi Pembuatan KTP

Kasus ini saya dan orang-orang lain alami pada setiap pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Kelurahan. Ketika itu dompet saya hilang bersama isi-isinya, salah satunya terdapat KTP. Peristiwa ini terjadi pada saya semester dua berkuliah di Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, tepatnya Departemen Sosiologi. Dalam hal ini, saya harus membuatnya kembali di Kelurahan saya, yaitu Tugu Selatan di Jakarta Utara. Sebelumnya saya membuat surat kehilangan di PLK UI yang berada di Pondok Cina, dikenal dengan Gedung Biru.
Kemudian, saya pulang ke rumah (Jakut) untuk mengurus ini pada tingkatan RT dan RW. Setelah itu, saya untuk pertama kalinya ke kelurahan Tugu Selatan. Ketika pertama kali dibuat dibantu prosesnya oleh orang tua, tetapi sekarang saya mengurusnya sendiri. Datanglah saya ke kelurahan untuk melakukan proses pembuatan KTP saya yang telah hilang.
Sesampainya saya di kelurahan, ada hal yang menarik di sana, tepatnya di depan loket pembuatan KTP maupun KK (Kartu Keluarga). Terdapat tulisan dengan jelas tertera di kaca, yaitu “Tidak menerima uang pembuatan KTP/KK). Sebenarnya saya juga tidak heran ketika memang pembuatan KTP/KK memang gratis dari pemerintah, secara pegawai negeri sipil sudah digaji oleh pemerintah daerah sesuai golongannya. Apalagi ketika sudah diberlakukan mesin pencetak KTP di setiap kelurahan, pembuatan KTP bisa lebih cepat dari sebelum-sebelumnya yang dahulu di setiap kelurahan belum terdapat mesin pencetak.
Saya mendapat giliran untuk mengurus KTP sesuai urutan yang diberikan. Saya memberikan surat kehilangan dari PLK dan membawa KK juga sebagai bukti warga kelurahan Tugu Selatan. Ketika sudah selesai, saya dibilang oleh petugas untuk datang dua pekan lagi untuk mengambil KTP. Ketika pulang “saya bertanya-tanya, makanya tinggal cetak aja ya, kan ada mesin cetaknya” nanya diri sendiri.
Saya sampai di rumah dan ditanya oleh orang tua kapan jadi KTP nya, saya bilang saja, “dua pekan, Mak”. Orang tua saya pun terkejut, kenapa lama sekali jadinya, seperti tidak biasanya. “Emang ary gak bayar”tanya mama saya. Gak bayar Mak, kan ada tulisannya gratis”jawab saya. “yee biar cepet selesai bayar aja”sambut mama saya. Besok harinya mama saya ke kelurahan bayar  dua puluh ribu kepada petugas pembuat KTP. Pada hari itu juga, saya disuruh ke kelurahan untuk mengambil KTP yang ternyata sudah jadi.
Sumber: Pengalaman penulis sendiri

Pada kasus ini dalam perspektif sosiologis, tokoh sosiologi dari Asia, dan pemikir Alatas mendefinisikan korupsi sebagai penyalahgunaan kepercayaan untuk keuntungan pribadi (Alatas, 1990). Kepercayaan yang disalahgunaan dalam korupsi diletakkan dalam konteks  pemisahan barang publik dan barang privat. Terdapat tiga bentuk korupsi menurut Alatas yaitu pemerasan, nepotisme, dan penyogokan. Bentuk korupsi yang dibicarakan berkaitan dengan wewenang dalam mengelola barang publik. Karena adanya relativisme dalam pengertian norma, Alatas mendefinisikan korupsi berdasarkan substansi hubungan sosial yaitu penyalahgunaan kepercayaan.  Alatas memandang persoalan korupsi sebagai persoalan relasi kekuasaan dan hal ini harus dipahami menurut konteks dimana terjadinya korupsi.
Dalam kasus ini terjadi penyalahgunaan kepercayaan dari pemerintah daerah kepada kelurahan-kelurahan, tepatnya kelurahan Tugu Selatan. Seharusnya dalam pembuatan KTP dilayani secara cuma-cuma, tetapi masih ada penyogokan agar proses pembuatan KTP bisa berjalan dengan cepat.  Dalam pandangan Alatas, termasuk dalam penyogokan sebagai pelicin pembuatan KTP. Relasi kekuasaan petugas pembuat KTP merambat pada pejabat tinggi kelurahan karena dalam pembuatan ini diizinkan oleh petinggi yang sebagai timbal baliknya bisa berbagai hasil penyogokan tersebut. Jika dihitung secara matematis tiap pembuatan KTP diminta Rp20ribu per orang, cukup signifikan pendapatannya. Misalnya satu kelurahan terdapat  dua puluh lima ribu dikalikan Rp20ribu, pendapatan yang akan diraih sebanyak Rp500juta. Dalam hal ini petugas KTP tidak menjalankan amanahnya secara baik dan ia menggunakan posisinya yang strategis sebagai penaggung jawab pembuatan KTP untuk melakukan korupsi.
Kemudian, pendekatan organisasi tentang korupsi melihat bahwa pelanggaran norma sudah merupakan bagian dari proses berjalannya organisasi. Para anggota dalam organisasi justru mendapat semacam balasan positif dengan ikut melakukan pelanggaran, setidaknya dianggap melakukan sesuatu dengan cara yang “seharusnya”. Jika tidak mengikuti tata cara itu – yang bisa berupa aturan formal, informal, atau gabungan keduanya – anggota akan mendapat reaksi negatif. Ini juga yang saya lihat dalam pembuatan KTP. Warga kelurahan Tugu Selatan sudah menjadi rahasia umum dalam pembuatan KTP “harus” memberikan uang pelicin agar bisa diproses dengan cepat. Bagi keluarga yang tidak membayar akan mendapatkan respon negatif dari petugas dan juga warga lain akan memberikan masukan untuk membayar dalam pembuatan KTP.
Dalam perspektif kultural, bisa menguatkan analisis dimana masyarakat memiliki tindakan yang sebenarnya negatif, tetapi menjadi kebiasaan dan rahasia umum untuk membayar pembuatan KTP sebesar Rp20ribu. Makna pemberian bagi masyarakat merupakan bentuk terima kasih karena petugas bisa mengerjakan pembuatan KTP dengan cepat.  Pemberiaan yang menjadi kebiasaan ini tidak membuat masyarakat mengeluhkan kinerja petugas, malah dikhawatirkan membudaya dan mengakar. Padahal pemberian kepada petugas menjadikan dirinya meneruskan budaya tersebut dan tidak bisa dihilangkan dalam jangka panjang. Ini yang menjadi makna bagi masyarakat yang memperbolehkan tindakan petugas KTP meminta bayaran pembuatan KTP. Dari pemaknaan masyarakat yang seperti itu membuat petugas kelurahan Tugu Selatan terus melakukan hal yang dalam menyalahgunaan posisinya untuk memperkaya dirinya dan orang didekatnya.

Sumber referensi:
Buku Sosiologi Korupsi: Rekonstruksi Pendekatan Organisational Instiutionalis, Meuthia Ganie-Rochman dan Rochman Achwan)