Cari Blog Ini

Senin, 27 Juli 2015

Bermanfaat Setelah Lulus SMA, Why not?

GONCANGAN terbesar saya semasa dalam sekolah adalah Ujian Nasional, yang merupakan pertaruhan besar pada kehidupan semua siswa dari sabang sampai merauke. Mungkin kita sebagai siswa mempunyai perasaan yang sama walaupun tidak bisa digenelisir juga pada akhirnya.

Di lain pihak merupakan pertaruhan, saya merasakan ketenangan ketika menghadapi karena saya paham dengan perkataan guru sosiologi saya, ia berkata, “Ry, kalau kamu bisa ngerjain soal PTN, maka Ujian Nasional pun lewat”. Saya merasa termotivasi untuk menaklukan soal-soal PTN sekaligus Ujian Nasional. Jika dipikit-pikir soal UN memang mudah, tiap tahun hanya angka-angkanya saja yang berubah. Berbeda dengan soal PTN yang tiap tahun berubah, mungkin yang dimaksud guru saya seperti itu.

Saya menyadari bahwa perjuangan tak selesai pada Ujian Nasional bagi para siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Banyak ujian PTN sudah menunggu ada tes mandiri PTN, SNMPTN, dan UMB. Bagaimana pun saya harus mempersiapkan segalanya untuk menuju PTN yang saya inginkan. Ketika Ujian Nasional selesai, banyak waktu yang luang untuk digunakan hal yang bermanfaat pastinya.

Berawal dari fenomena seragam sekolah dicoret-coret, saya harus memanfaatkan momen UN ini dengan baik. Saya membuat gerakan peduli seragam sekolah untuk cakupan SMA Negeri di Jakarta Utara. Dengan jaringan Rohani Islam yang saya punya ketika itu, akhirnya saya mengajak teman-teman untuk bergabung dalam gerakan ini. Saya ingin gerakan ini bisa bermanfaaat lebih luas dengan banyaknya partisipasi dari SMA Negeri yang lain. Alhamdulillah tidak hanya pakaian seragam saja yang terkumpul, tetapi juga buku-buku sekolah. Saya dan kawan-kawan bekerja sama dengan salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat Kemanusiaan Nasional untuk mengirimkan bantuan ini ke kabupaten yang berada di Bogor.

Selain melakukan gerakan tersebut, keluangan waktu setelah UN saya manfaatkan untuk hal lainnya.  Tidak hanya sebatas belajar saja, ikut Try Out di sana-sini, tetapi juga saya dan teman-teman satu sekolah melakukan kunjungan ke PTN yang dituju. Karena saya meyakini bahwa visualisasi mimpi itu sangat penting, bagaimana kita bisa merasakan atmosfer pendidikan berada di PTN yang kita tuju. Kunjungan dengan mengelilingi PTN terbaik yang berada di Depok saya lakukan demi memberikan gambaran dan motivasi untuk berkuliah di sana. Saya merasa tambah termotivasi untuk memasuki PTN tersebut, melihat orang yang berdiskusi, belajar, berorganisasi, dan sebagainya. Dalam hati saya pun, saya harus masuk PTN terbaik ini.

Terakhir, kita berkunjung ke beberapa titik dimana para mahasiswa tinggal di kosan. Melihat kondisi kosan dan mahasiswa yang sedang belajar, saya membayangkan, saya juga akan melakukan hal yang sama sebagai mahasiswa PTN di sini.


Kegiatan-kegiatan ini yang saya lakukan setelah UN, semoga hal ini bisa menginspirasi orang lain untuk berbuat kebaikan dan menjadi jaringan kebaikan yang lebih luas.

Sistem Sentra: Mengembangkan Keterlibatan Stakeholder Pendidikan


Sekolah sistem sentra, mungkin jarang terdengar oleh alat pendengaran kita. Saya pun tahu baru-baru ini diberitahu oleh teman saya. Saat saya mendengar teman saya bercerita mengenai sistem sentra, saya pun mencoba untuk mengerti pembicaraannya. Saya pahami sistem ini baik untuk anak-anak karena masa anak-anak sangat cepat untuk mengembangkan potensinya. Mungkin jika dalam sosiologi Play stage dan Game Stage bisa terpenuhi, bahkan generalized other. Sebelum menjelaskan lebih jauh, yuk kita cari tahu apa sih sistem sentra?

BCCT adalah kependekan Beyond Centers and Circle Time atau yang lebih dikenal di sini dengan sebutan “Sistem Sentra” -- pembelajaran yang menggunakan prinsip-prinsip yang terpusat, fokus, dalam lingkaran-lingkaran kecil, yang membangun segenap potensi anak agar otak, tubuh dan akhlaknya berfungsi secara positif dan optimal. Sentra belajar merupakan satu sistem pengelolaan kelas yang terpusat  pada satu kegiatan yang ditangani oleh satu orang guru secara khusus[1]Sistem ini berasal dari Amerika Serikat yang kemudian diadopsi oleh Sekolah Al-Falah Jakarta, dengan filosofi yang disesuaikan/dirujuk kepada Al-Qur’an[2]. Sentra berasal dari kata centre yang artinya pusat. Sistem  sentra menganut prinsip-prinsip dasar pemikiran teori Jean Piaget[3]:

“Anak-anak hendaknya dapat melakukan percobaan sendiri, penelitian sendiri. Guru dapat mengarahkan mereka dengan menyediakan alat-alat yang tepat. Tetapi yang paling mendasar adalah bahwa anak mengerti tentang sesuatu. Anak harus membangun dirinya dan menemukan dirinya."

Melihat dari pengertian ini, sungguh baik sistem ini untuk perkembangan anak-anak kita. Si anak terlibat langsung dalam atmosfer pendidikan yang diajarkan. Seperti yang dikatakan suatu tokoh,

“Jika Anda hanya mendengar, Anda akan lupa
Jika Anda menulis, Anda akan ingat
Jika Anda terlibat, Anda akan paham.”

Berbeda dengan sistem pendidikan konvesional, yang kita dapatkan di Taman Kanak-Kanak dahulu. Saya pun merasakan perkembangan saya cukup lambat untuk mengetahui sesuatu. Untung sekarang muncul sistem baru, yaitu sistem sentra. Itu hanya sebagian kecil dari sistem sentra, mau tahu lebih banyak mengenai sistem ini, yuk kita lanjutin bacanya. Penulis akan mencoba meringkasnya karena terlalu banyak pembahasan sistem ini.
Sistem sentra merupakan terobosan sistem pendidikan yang cukup baik. Di sini akan dijelaskan lebih lanjut dari sistem tersebut. Secara umum sistem sentra[4]:
        Pembelajaran dengan sistem lingkaran-lingkaran, yang masing-masingnya terfokus pada satu bidang studi dan mendalam.
        Sistem kurikulumnya diberikan secara individual: disesuaikan dengan tahapan dan kemampuan setiap anak didik.
        Artinya, kurikulum Sistem Sentra tidak klasikal, yang mengajarkan materi yang sama kepada semua anak.
        Pembelajaran diberikan secara langsung/kongkret
        Tidak ajar langsung (direct teaching) satu arah dari guru ke murid, melainkan lebih mengembangkan potensi dan kreatifitas anak (guru justeru “belajar” dari murid).
        Para guru secara tegas harus menerapkan sikap “3 M”: (TIDAK)  Melarang, Menyuruh, Marah (menghukum anak).
        Belajar dilakukan melalui bermacam-macam permainan, dengan prinsip Happy Learning (Bahagia Belajar, Belajar Bahagia).
Tujuan umum yang akan dicapai oleh setiap sentra yaitu[5]:
  • Anak mampu berkomunikasi dengan benar
  • Menumbuhkan kerjasama yang baik
  • Mengembangkan daya imajinasi dan fantasi anak
  • Mengembangkan rasa empati anak
  • Melatih anak menemukan sendiri sesuatu itu benar atau salah
  • Mengembangkan daya fikir anak

Sentra yang diselenggarakan[6]: 
1.      SENTRA BALOK
2.      SENTRA PERSIAPAN
3.      SENTRA PERAN BESAR
4.      SENTRA PERAN KECIL
5.      SENTRA SENI
6.      SENTRA IMTAQ
7.      SENTRA BAHAN ALAM

Idealnya, setiap sekolah memiliki ke-7 sentra tersebut. Tetapi, berapa pun yang bisa kita selenggarakan saat ini, itu sudah lebih baik daripada menggunakan sistem klasikal (direct teaching) atau belajar dengan cara menggurui. 
 Cara memulai sistem sentra[7]:
        Sebelum menggunakannya, semua guru harus memahami terlebih dahulu Sistem Sentra (BCCT) melalui pelatihan-pelatihan yang intensif, dan melaksanakannya secara konsisten: tekun, sabar, dan mau melakukan perbaikan terus-menerus.
        Para guru dan murid harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, memenuhi kaidah SPOK.
        Semua guru yang terlibat harus merupakan satu tim kerja yang kompak, berdisiplin tinggi, mau bekerja keras dan cerdas, saling menghargai dan saling membantu.
Bagaimana dengan nilai rapornya? Pasti Anda bertanya-tanya. Penilaian rapor nya berbeda dari biasanya, Banyak item-item yang akan dinilai dari sang guru dari setiap sentra yang diselenggarakan. Terdapat nilai K (kurang), C (cukup), B (baik), dan deskripsi nilai.

Itulah gambaran terkait sistem sentra, semoga Anda bisa membayangkannya Siapa tahu anak Anda ingin disekolahkan di tempat pendidikan yang bersistem tersebut (beneran gak promosi).
           
Sistem ini mungkin mirip sedikit dengan sistem mentoring keislaman atau mentoring umum, di mana membuat lingkaran dan si guru melihat perkembangan peserta mentoringnya. Terlepas dari itu yang sudah dijelaskan di atas, sistem ini mempunyai kelebihan yang banyak, seperti bisa melihat denga jeli perkembangan secara cepat, banyak informasi yang didapatkan, dan bisa dekat berhubungan dekat dengan si anak.Ternyata sistem yang baik ini  mempunyai kekurangan yang substansial, yaitu kualitas guru. Peran guru di sini sangat besar untuk mengolah dan mengembangkan potensi anak. Sistem ini memang menuntut kreativitas guru agar anak bisa nyaman dengan pola ajarannya. Guru lah sang agen of change untuk si anak untuk di dunia pendidikan. Maka dari itu, sistem sentra mempunyai program pelatihan guru bahkan orang tua murid agar bisa memahami pola pengembangan anak-anak. Terkadang pelatihan belum cukup mengupgrade tenaga pengajar. Tenaga pengajarlah yang harus mengupgrade dirinya terus menerus dengan pengalaman yang ia hadapi.