GONCANGAN terbesar saya semasa dalam
sekolah adalah Ujian Nasional, yang merupakan pertaruhan besar pada kehidupan
semua siswa dari sabang sampai merauke. Mungkin kita sebagai siswa mempunyai
perasaan yang sama walaupun tidak bisa digenelisir juga pada akhirnya.
Di lain pihak merupakan pertaruhan, saya
merasakan ketenangan ketika menghadapi karena saya paham dengan perkataan guru
sosiologi saya, ia berkata, “Ry, kalau kamu bisa ngerjain soal PTN, maka Ujian
Nasional pun lewat”. Saya merasa termotivasi untuk menaklukan soal-soal PTN
sekaligus Ujian Nasional. Jika dipikit-pikir soal UN memang mudah, tiap tahun
hanya angka-angkanya saja yang berubah. Berbeda dengan soal PTN yang tiap tahun
berubah, mungkin yang dimaksud guru saya seperti itu.
Saya menyadari bahwa perjuangan tak selesai pada
Ujian Nasional bagi para siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi. Banyak ujian PTN sudah menunggu ada tes mandiri PTN, SNMPTN, dan UMB.
Bagaimana pun saya harus mempersiapkan segalanya untuk menuju PTN yang saya
inginkan. Ketika Ujian Nasional selesai, banyak waktu yang luang untuk
digunakan hal yang bermanfaat pastinya.
Berawal dari fenomena seragam sekolah
dicoret-coret, saya harus memanfaatkan momen UN ini dengan baik. Saya membuat
gerakan peduli seragam sekolah untuk cakupan SMA Negeri di Jakarta Utara.
Dengan jaringan Rohani Islam yang saya punya ketika itu, akhirnya saya mengajak
teman-teman untuk bergabung dalam gerakan ini. Saya ingin gerakan ini bisa
bermanfaaat lebih luas dengan banyaknya partisipasi dari SMA Negeri yang lain. Alhamdulillah tidak hanya pakaian
seragam saja yang terkumpul, tetapi juga buku-buku sekolah. Saya dan
kawan-kawan bekerja sama dengan salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat
Kemanusiaan Nasional untuk mengirimkan bantuan ini ke kabupaten yang berada di
Bogor.
Selain melakukan gerakan tersebut, keluangan
waktu setelah UN saya manfaatkan untuk hal lainnya. Tidak hanya sebatas belajar saja, ikut Try
Out di sana-sini, tetapi juga saya dan teman-teman satu sekolah melakukan
kunjungan ke PTN yang dituju. Karena saya meyakini bahwa visualisasi mimpi itu
sangat penting, bagaimana kita bisa merasakan atmosfer pendidikan berada di PTN
yang kita tuju. Kunjungan dengan mengelilingi PTN terbaik yang berada di Depok
saya lakukan demi memberikan gambaran dan motivasi untuk berkuliah di sana.
Saya merasa tambah termotivasi untuk memasuki PTN tersebut, melihat orang yang
berdiskusi, belajar, berorganisasi, dan sebagainya. Dalam hati saya pun, saya
harus masuk PTN terbaik ini.
Terakhir, kita berkunjung ke beberapa titik
dimana para mahasiswa tinggal di kosan. Melihat kondisi kosan dan mahasiswa
yang sedang belajar, saya membayangkan, saya juga akan melakukan hal yang sama
sebagai mahasiswa PTN di sini.
Kegiatan-kegiatan ini yang saya lakukan setelah
UN, semoga hal ini bisa menginspirasi orang lain untuk berbuat kebaikan dan
menjadi jaringan kebaikan yang lebih luas.